Friday, 10 January 2014

Analytics Bid'ah


BIDAH
Oleh : Nanang Imam Safii
Prolog
Perbincangan dan permasalahan mengenai seputar bidah sebenarnya sudah banyak di kupas oleh para ulama. Diantara mereka ada yang membukukannya dalam kitab-kitab karangan mereka. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Al-bida wa an-nahyuy anha, karya al qurthubiy
2.      Al hawadiths wa al bida, karya ath-thurutsi.
3.      Tables iblis karya ibnul jauzi
4.      Al Itishom karya asytahibi
Dan masih banyak lagi karangan para ulama ahlusunnah yang membahas seputar bidah, syaikh abdussalam bali menyebutkan karangan mereka sampai berjumlah 54, dan bisa jadi lebih banyak dari itu. Hal ini dikarenakan masalah bidah ini adalah permasalahan urgent dan merupakan salah satu dari pokok penyebab perpecahan ummat, sebagaimana syaikh asyathibi menyebutkan daam muqodimahnya dalam kitab al Itishom ketika  membawakan surat Al Anam:103
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Artinya : Dan berpegang teguhlah kalian kepada tali Allah SWT, dan janganlah kalian berpecah belah
Syaikh mengatakan bahwa salah satu dari pokok penyebab perpecah belahan ummat adalah bidah.
Diriwayatkan dari abu ashim bahwa rasulullah bersabda :
اياكم و محدثين الامور فإن كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة
Artinya : Hindarkanlah diri kalian dari berbagai perkara yang diada-adakan, sebab, semua yang diada-adakan adalah bidah dan setiap bidah adalah sesat.
Maka, sejak saat itulah para sahabat sangat berhati-hati terhadap perkara-perkara bidah[1]. Karena itulah perlu kiranya kita membahas seluk-beluk bidah, tentang apa itu bidah bagaimana itu bidah, dan lain sebagainya seputar bidah. Berikut adalah ulasan ringkas dari pembahasan mengenai bidah.
DEVINISI BIDAH
a.      Secara bahasa
Bid'ah menurut bahasa, diambil dari bida' yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh, syaikh al fazan memberikan pengertian
الاختراع على غير مثال سابق
bahwa bidah itu adalah mengadakan sesuatu yang belum ada sebelumnya.  
Ini sebagaimana Allah SWT berfirman.

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

Artinya : Allah SWT pencipta langit dan bumi" [Al-Baqarah : 117]

Artinya adalah Allah SWT yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya.
Juga firman Allah SWT.
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ

Artinya : Katakanlah : 'Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul". [Al-Ahqaf : 9].
Maksudnya adalah : Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah ini dari Allah SWT Ta'ala kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari para rasul yang telah mendahuluiku.
Dan dikatakan juga : "Fulan mengada-adakan bid'ah", maksudnya : memulai satu cara yang belum ada sebelumnya.[2]
b.      SECARA ISTILAH
Secara umum, syaikh asyathibi memberikan pengertian bidah sebagai berikut:
العمل الذي لا دليل عليه في الشرع بدعة
Yakni : amalan yang tidak ada dalilnya dalam syariat yang diada-adakan.
Syaikh asyathibi memberikan pengertian tentang bid'ah dengan dua macam;
1.  يدخل العادات في معنى البدعة
Bid'ah adalah penjelasan sebuah metode/cara/ritual yang diciptakan (ditemukan) yang menyerupa i syari'at, dengan maksud untuk menempuh cara berlebihan dalam beribadah kepada Allah SWT subhanahu wata'ala. Makna ini adalah yang di ambil oleh para ulama yang berpandangan bahwa adat istiadat itu tidak termasuk dari bid'ah
2.  الشرعية
Bid'ah adalah cara baru dalam agama yang menyamai syari'at, yang dimaksudkan untuk menapaki seperti apa yang di maksudkan dalam syari'at (maksudnya sama dengan syari'at)
Dan itu adalah makna yang diambil oleh ulama yang memasukan adat istiadat kepada bid'ah.
Syaikh menjelaskan secara detail tentang makna bidah diatas satu persatu.
Maksud dari kata تضاهي الشرعية (menyerupai syariat) itu adalah أن تكون في الحقيقة كذلك  yakni menyamakan cara beribadah dengan yang selainnya yang bukan merupakan hakikat sebenarnya. Adapun menyamakan amalan yang baru itu dengan amalan syariah itu ada beberapa sisi, diantaranya adalah :
1.      Siapa saja yang melazimkan tata cara dan bentuk peribadatan secara muayyan (membatasi, menentukan, menetapkan), seperti menetapkaan dzikir berjamaah dengan bersama-sama satu suara, merayakan hari ulang tahun nabi, dan yang serupa dengannya.
2.      Siapa saja yang melazimkan peribadatan degnan menentukan waktunya, padahal tidak ada penetapan dalam syari;at, seperti shoum pada hari nishfu syaban dan shalat tahajjud pada malam harinya.
Beginilah bentuk dari kebidahan, mereka mengada-ngadakan ibadah yang baru, hanya untuk agar mereka lebih dekat dengan Allah SWT dengan cara mereka, dan tidak jarang dari mereka meyakini bahwa cara ini labih ampuh dari sunnah (kaifiyat yang diajarkan rasul). Karenanya kebanyakan mereka hanya tahu tentang amalan bid;ah saja, sedangkan amalan sunnah banyak yang tidak mereka tahu.
Allah SWT berfirman :
Artinya : Ingatlah, hanya kepunyaan Allah SWT-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah SWT (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah SWT dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah SWT akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah SWT tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar
MACAM-MACAM BIDAH
Syaikh fauzan berkata : Secara umum, dilihat dari definisi bidah bahasa dan istilah, bidah itu ada dua macam bidah adaat seperti adanya komputer, alat alat canggih dsb, dan bidah fiddin yakni yang berkaitan dengan urusan agama, dan bidah macam kedua ini haram . hal ini sebagaimana dalam sabda nabi :[3]
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد [4]
Macam-macam bid'ah itu sendiri, para ulama telah banyak mengklasifikasikannya dengan berbagai macam bentuk yang dilihat dari berbagai sisi. Karena bid'ah itu tidak dalam satu urutan (tidak bisa langsung dikelompokan dengan satu bagan). Diantara macam bid'ah itu adalah :
·         Bid'ah kufriyah al mukhrojjah minal millah
·         Bid'ah yang tidak sampai mengeluarkan dari millah, akan tetapi pelakunya dalam khotr (bahaya)
·         Diantara macam bid'ah itu juga ada yang dinamakan bid'ah 'ilmiyyah, bid'ah i'tiqodiyyah, bid'ah hakikiyah, dan bid'ah idhofiyyah.
Karenanya, ada banyak sekali versi macam bid'ah, hal itu karena dilihat dari sisi yang berbeda.
Namun demikian, Syaikh Kholid Bin Ahmad Azzahroni dalam kitab dakwah ahli bid'ah, mengklarifikasikan bid'ah itu menjadi dua macam. Yakni :
ü  bid'ah kubro dan
ü  bid'ah sughro.
Hal ini juga sebagaimana ditetapkan oleh syaikh asyathibi. Beliau berkata : telah ditetapkan didalam ushul bahwasanya syari't itu ada lima macam, dan darinya dapat diringkas menjadi tiga, yakni yang dimaksudkan perintah wajib, istihab, dan ibahah (mubah). Kalau diringkas lagi dari ketiganya maka tinggal hukum yang makruh dan harom. Oleh karena itu bid'ah dapat dibagi menjadi dua macam, yakni bid'ah yang haram, dan bidah yang makruh.
Karenanya, berdasarkan bahaya dan ancaman bid'ah itu sendiri, maka bid'ah dapat diurutkan sebagai berikut :
1. Bid'ah yang membuat pelakunya itu kafir shorih, dan ini adalah bid'ah yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah yang telah diperingatkan dalam alquran
فَقَالُوا هَذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَذَا لِشُرَكَائِنَا
Artinya : Dan mereka memperuntukkan bagi Allah SWT satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah SWT, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: "Ini untuk Allah SWT dan ini untuk berhala-berhala kami". Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah SWT; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah SWT, Maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka[5]. Amat buruklah ketetapan mereka itu. [Al-Anam:36]
مَا جَعَلَ اللَّهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلا سَائِبَةٍ وَلا وَصِيلَةٍ وَلا حَامٍ]
Artinya : Allah SWT sekali-kali tidak pernah mensyari'atkan adanya bahiirah[6], saaibah[7], washiilah[8] dan haam[9]. akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah SWT, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. [Al-Maidah:103]
Dan sebagaimana juga bid'ahnya orang-orang munafik, yang mana mereka menjadikan agama sebagai penjagaan terhadap jiwa dan harta mereka. Dan lain sebagainya yang tidak diragukan lagi dapat menghantarkan pelakuknya kepada kekufuran yang jelas.
2. Bid'ah yang dikatagorikan sebagai kemaksiatan, yang bisa juga kemaksiatan tersebut menghantarkan kepda kekufuran (tidak sampai kepada kekufuran, atau perbedaan, apakah ia itu kafir atau tidak). Hal ini sebagaimana bid'ahnya orang-orang Khowarij, Qodariyyah, Murji'ah, dan yang semisal dengannnya yang termasuk dari golongan yang sesat.
3.  Bid'ah yang menghantarkan kepada kemaksiatan bagi sipelakunya, dan tanpa dihukumi kafir. Ini sepertiالتبتل hidup membujang meninggalkan kehidupan duniawi untuk beribadah kepada Allah SWT. Mengggebiri diri sendiri untuk menghilangkan syahwat jima'.
4. Bid'ah yang makruh, seperti contoh membaca al quran dengan niat tertentu, berkumpul bersama pada senja hari di hari arafah untuk melakukan doa secara bersama-sama.
Syubhat
Adapun beberapa orang berpendapat bahwa bidah itu ada dua macam, bidah hasanah dan bidah sayyiah. Dan argument ini yang banyak dipakai oleh para pelaku bidah.  Benarkah demikian ?
Syaikh fauzan menjalsakan bahwasanya; من قَسَّمَ البدعة إلى بدعة حسنة وبدعة سيئة فهو مخطئ ومخالف mereka/siapa yang membagi bidah menjadi bidah hasanah dan bidah sayyiah itu adalah salah dan meyelisihi (faham ahlusunnah). Sesungguhnya setiap bidah itu adalah sesat. Beliau menghukumi bahwa semua bid'ah itu adalah sesat, akan tetapi mereka (ahlul bid'ah yang berhujjah dengan klasifikasi bid'ah ini) mengatakan bahwa tidak semua bid'ah itu sesat, namun ada bid'ah yang hasanah, baik. Al hafidz bin rojjan didalam syarh arba'in megnatakan : "sabda nabi yang menjelaskan bahwa semua bid'ah itu adalah sesat itu mencangkup semua kalam dan tidak dapat diistinbathkan dengan yang lain, dan perkataan tersebut merupakan prinsip yang agung dalam pokok agama. Dan yang demikian sama halnya dengan sabdanya : "barangsiapa yang megnada-adakan dalam perkara agama ini maka tertolak". Maka barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu, kemudian menisbatkan bahwa itu adalah asalnya dari urusan agama, padahal tidak ada dalam syari'at maka ia telah sesa. Dan agama baro' (menjauh) adrinya. Baik itu adalah permasalahan dalam aqidah, perbuatan2, perkataan yang jelas maupun yang lirih.[10]
SEBAB ADANYA BIDAH
Syaikh fauzan mengatakan bahwa sebab-sebab terjadi nya bidah  kurang lebih ada lima macam, yakni :
 [1]. الجهل بأحكام الدين  Bodoh Terhadap Hukum-Hukum Ad-Dien
Semakin panjang zaman dan manusia berjalan menjauhi atsar-atsar risalah Islam : semakin sedikitlah ilmu dan tersebarlah kebodohan, sebagaimana hal itu dikabarkan oleh Rasulullah ShallAllah SWTu alaihi wa sallam dalam sabdanya :
من يعش منكم بعدي فسيرى اختلافًا كثيرًا
Artinya : Barangsiapa dari kamu sekalian yang masih hidup setelahku, pasti akan melihat banyak perselisihan. [Hadits Riwayat Abdu Daud, At-Tirmidzi, beliau berkata hadits ini hasan shahih].
Dan dalam sabdanya ShallAllah SWTu alaihi wa sallam juga :
إن الله لا يقبض العلم انتزاعًا ينتزعه من العباد ، ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يبق عالمًا اتخذ الناس رءوسًا جهالًا ، فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا
Artinya : Sesungguhnya Allah SWT Taala tidak mengambil (mencabut) ilmu dengan mencabutnya dari semua hamba-Nya akan tetapi mengambilnya dengan mewafatkan para ulama, sehingga jika tidak ada (tersisa) seorang ulamapun, maka manusia mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, mereka ditanya (permasalahan) lalu berfatwa tanpa dibarengi ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.
Tidak akan ada yang bisa meluruskan bidah kecuali ilmu dan para ulama ; maka apabila ilmu dan para ulama telah hilang terbukalah pintu untuk muncul dan tersebarnya bagi para penganut dan yang melestarikannya.
[2]. اتباع الهوى Mengikuti Hawa Nafsu
Barangsiapa yang berpaling dari Al-Kitab dan As-Sunnah pasti dia mengikuti hawa nafsunya, sebagaimana firman Allah SWT :
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ
Artinya : Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah SWT sedikitpun. [Al-Qashshash : 50].
Dan Allah SWT Taala berfirman.
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ
Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah SWT membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah SWT telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesuadh Allah SWT (membiarkannya sesat). [Al-Jatsiyah : 23].
Dan bidah itu hanyalah merupakan bentuk nyata hawa nafsu yang diikuti.
 [3].  التعصب للآراء والرجال Ashabiyah Terhadap Pendapat Orang-Orang Tertentu.
Ashabiyah terhadap pendapat orang-orang tertentu dapat memisahkan antara dari mengikuti dalil dan mengatakan yang haq.
Allah SWT Taala berfirman.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا
Artinya : Dan apabila dikatakan kepada mereka : Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah SWT. Mereka menajwab : (Tidak) tetapi kami hanya mengikuti ap yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk. [Al-Baqarah : 170].
Inilah keadaan orang-orang ashabiyah pada saat ini dari sebagian pengikut-pengikut madzhab, aliran tasawuf serta penyembah-penyembah kubur. Apabila mereka diajak untuk mengikuti Al-Kitab dan As-Sunnah serta membuang jauh apa-apa yang menyelisihi keduanya (Al-Kitab dan As-Sunnah) mereka berhujjah (berdalih) dengan madzhab-madzhab, syaikh-syaikh, bapak-bapak dan nenek moyang mereka.
Yang seperti ini juga masuk kedalam bab ghulu dimana karena begitu beratnya kepercayaan seseorang terhadap tokoh tertentu, sampai ia mengacukan ulama-ulama yang mempunya keilmuan yang sudah tidak dipertanyakan lagi seperti ibnul qoyyim, imam asyafii dan lain sebagainya, yang kemudian dibanding-bandingkan dengan orang yang mereka tokohkan. Wl iyyadzubillah.
Kami berikan contoh dari sebuah komentar jidal yang terdapat dalam sebuah web:
 Ente sudah terjangkit virus wahabi……….salah satu ciri wahabi itu kayak ente………..masalah tahlil, manaqib, marhabanan,maulidurrosul. itu adalah ijtihad ulama mulai jaman walisongo, jamannya sunan giri,maulana malik ibrahim. sunan ampelyang semuanya adalah dzuriyatur rosul. dan nasab mereka WANASABUHU KARIMAH……… PERLU ENTE KETAHUI. ENTE TIDAK SEPANDAI MEREKA………….. SUDAH BERAPA BANYAK DALIL YANG ENTE HAFAL………APAKAH ENTE HAFIDZ QURAN?……….. ILMU ENTE ITU SEDIKIT…………TIDAK ADA SEUJUG KUKUNYA RADEN RAHMAD SUNAN AMPEL RA. ingat jangan terlalu terpaku pada ijtihad imam syafii Ra. sebab banyak imam lain yang setaraf kealimannya dengan imam syafii. yang alim tidak hanya imam syafii. ingat! dalam lingkup ijtihat seseorang tidak punya hak menyalahkan ijtihat yang lain…………. walisongo pencetus tahlil………. yang mengislamkan mayoritas nenek moyang bangsa indonesia. semoga ente diberihidayah oleh Allah SWT……….jangan sekali membidahkan para walisongo apalagi sampai mengtakan mereka musyrik…………………!!!!!!!!!!!!!!!!!![11]
Padahal Allah SWT dan rasulnya telah memperingatkan akan bahaya dari ghulu itu sendiri;
" قل يا أهل الكتاب لا تغلو في دينكم "
Artinya : wahai ahlul kitab, janganlah kalian ghulu (berlebih-lebihan) dalam agama kalian
Juga sebagaimana sabda beliau:
 وكقوله صلى الله عليه وسلم : "إنما أهلك من كان قبلكم الغلو
Artinya : sesungguhnya orang yang akan binasa setelah kalian itu adalah mereka yang ghulu
Naudzubillah min dzalik
[4]. Menyerupai Orang-Orang Kafir
Hal ini merupakan penyebab paling kuat yang dapat menjerumuskan kepada bidah, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abi Waqid Al-Laitsy berkata.
خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى حنين ونحن حدثاء عهد بكفر ، وللمشركين سدرة يعكفون عندها ، وينوطون بها أسلحتهم يقال لها ذات أنواط ، فمررنا بسدرة فقلنا : يا رسول الله ، اجعل لنا ذات أنواط كما لهم ذات أنواط ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الله أكبر ، إنها السنن قلتم - والذي نفسي بيده - كما قالت بنو إسرائيل لموسى : اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ لتركبن سنن من كان قبلكم
Artinya : Kami pernah keluar bersama Rasulullah ShallAllah SWTu alaihi wa sallam menuju Hunain dan kami baru saja masuk Islam (pada waktu itu orang-orang musyrik mempunyai sebuah pohon bidara) sebagai tempat peristirahatan dan tempat menyimpan senjata-senjata mereka yang disebut dzatu anwath. Kami melewati tempat tersebut, lalu kami berkata : Ya Rasulullah buatkanlah untuk kami dzatu anwath sebagaimana mereka memiliki dzatu anwath, lalu Rasulullah ShallAllah SWTu alaihi wa sallam bersabda : Allah SWTu Akbar ! Sungguh ini adalah kebiasaan buruk mereka, dan demi yang jiwaku di tangannya, ucapan kalian itu sebagaimana ucapan Bani Israil kepada Musa Alaihi Sallam Artinya : Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala). [Al-A'raf : 138] Lalu Musa bersabda : Sungguh kamu sekalian mengikuti kebiasaan-kebiasaan sebelum kamu.[12]
Di dalam hadits ini disebutkan bahwa menyerupai orang-orang kafir itulah yang menyebabkan Bani Israil dan sebagian para sahabat Nabi ShallAllah SWTu alaihi wa sallam menuntut sesuatu yang buruk, yakni agar mereka dibuatkan tuhan-tuhan yang akan mereka sembah dan dimintai berkatnya selain Allah SWT Taala. Hal ini jugalah yang menjadi realita saat ini. Sungguh kebanyakan kaum muslimin telah mengikuti orang-orang kafir dalam amalan-amalan bidah dan syirik, seperti merayakan hari-hari kelahiran, mengkhususkan beberapa hari atau beberapa minggu (pekan) untuk amalan-amalan tertentu, upacara keagamaan dan peringatan-peringatan, melukis gambar-gambar dan patung-patung sebagai pengingat, mengadakan perkumpulan hari suka dan duka, bidah terhadap jenasah, membuat bangunan di atas kuburan dan lain sebagainya.[13]
QAIDAH DALAM MENENTUKAN BIDAH
Karena semakin menyebarnya syubhat di kalangan manusia inilah, perlu kiranya kita mengetahui dhowabit (batasan) bagaimana kemudian suatu amalan dianggap bidah. dalam hal ini syaikh al albani telah menetapkan kaidah-kaidah bidah yang telah ditetapkan kesesatannya oleh syari:
1.      Segala yang bertentangan dengan sunnah berupa ucapan, perbuatan, atau keyakinan, walaupun berasal dari ijtihad.
2.      Segala perkara yang dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sedangkan rasulullah telah melarangnya.
3.      Segala perkara yang tidak mungkin disyariatkan kecuali dengan nash atau tauqif, sedangkan tidak ada nas atasnya, maka ia adalah bidah, kecuali amalan yang berasal dari sahabat.
4.      Apa yang dicap sebagai peribadatan dari kebiasaan-kebiasaan kaum kafir.
5.      Apa yang ditetapkan sebagian ulama tentang kesunnahannya, terutama ualama mutaakhirin, padahal tidak ada dalilnya.
6.      Segala ibadah yang tata caranya tidak disebutkan kecuali dari hadits dhaif atau maudhu.
7.      Berlebih-lebihan dalam ibadah
8.      Segala ibadah yang dimutlakan oleh syarI, tetapi manusia membatasinya dengan beberapa batasan, seperti tempat, waktu, cara atau bilangan.
Kaidah Ini berasal dari pengalaman, penelitianm pikiran yang encer, dan hasil dari telaah yang dalam.[14]
HUJJAH PELAKU BIDAH
Dalam banyak website yang tersebar di internet, banyak sekali makalah dan artikel yang memuat tentang argument-argument yang dikeluarkan oleh para pelaku bidah. Karenannya perlu untuk dibahas tentang bagaimana mereka berhujjah dengan argument yang ada.
Dan tidaklah mereka mempunya hujjah kecuali perkataan umar bin khottob radhiyAllah SWTyu 'anhu, beliau berkata dalam permasalahan shalat tarawih,  نعمت البدعة هذه . Mereka juga berkata bahwa sesungguhnya banyak sekali hal-hal baru (bid'ah) yang menyebar, namun salaf mengingkarinya. Seperti adanya pengumpulan alquran dalam mushaf, dan penulisan serta pengumpulan hadits.
Namun jawaban dari pernyataan terbut adalah :
Perkara-perkara yang mereka sampaikan merupakan perkara yang ada landasannya dalam syari'at, dan bukan merupakan pengada-adaan. Dan mengenai perkataan umar, maka ia bermaksud mengatakan bid'ah yang mempunyai makna secara bahasa bukan secara syar'i. Kaena yang dimaksud dalam bid'ah syar'i itu adalah mengada-adakan dalam syari'at, padahal tidak ada syaria'tnya. Adapun mengenai pembukuan alquran dalam mushaf yang satu, maka yang demikian ada tuntutan dari rasul, kaerna nabi saw menyuruh untuk menulis alquran, akan tetapi (pada masa rasul) penulisan itu tertulis secara terpisah-pisah, maka kemudian sahabat membukukan alquran dalam satu mushaf agar alquran adapat terjaga.
Adapun mengenai shalat tarawih, maka yang demikian itu rasul pernah melakukannya bersama sahabat di waktu malam. Maka kemudian rasul shalat sendiri karena khawatir kaum muslimin menganggap shalat tarawih itu wajib secara berjama'ah. Namun demikian para sahabat melanjutkannmya, mereka shalat secara berjama'ah dengan berpisah-pisah ketika nabi masih hidup sampai pada wafatnya nabi. Sampai umar bin khattab radhiyAllah SWTu 'anhu mengumpulkan jama'ah dalam satu imam sebagaimana mereka shalat dibelakang nabi. Dan ini bukan termasuk dari bid'ah dalam agama. (logisnya, bagaimana mungkin ini disebut dengan bid'ah sedangkan nabi pernah melakukannya, adapun berlanjutnya shalat secara berjama'ah ketika masa umar, maka itu adalah ijtihad sahabat, masak kita mau bilang sahabat itu mubtadi'?, sedangkan rasul bilang bahwa seluruh sahabat adalah 'adil, apalagi umar adalah salah satu khulafaarurrasyiddin)begitu juga dengan pembukuan hadits, yang demikian itu adalah amaran dari rasul juga, rasul memerintahkan untuk menulis sebagian hadits kepada para sahabat, ketika diminta darinya abu hurairah menulis hadits pada masa nabi, namun demikian abu hurairah sangat berhati-hati dalam menulis hadits nabi, karena takut akan tercampur dengan alquran. Maka ketika nabi saw wafat, kewaspadaan ini hilang. Karena alquran telah sempurna dan telah terkoreksi sebelum wafatnya rasul shalAllah SWTu 'alaihi wasalam, maka kemudian kaum muslimin membukukan hadits setelahnya agar tidak hilang. semoga Allah SWT membalas kepada islam dan kaum muslimin dengan balasan yang baik sebagaimana mereka menjaga alquran dan hadits nabi shalAllah SWTu 'alaihi wasalam dari kehilangan dan tercampur dengan sesuatu yang lain.[15]
8:51 AM 3/18/2012
WAllah SWTu Alam Bishowab
Referensi :
1.      Al-quran al karim
2.      Kutubutisah
3.      Syaikh As-Syathibi, Al Itishom
4.      Syaikh Sholih Bin Fauzan Bin Fauzan Bin 'Abdillah Al Fauzan, Al Irsyad Ilaa Shohihil I'tiqod Warrodi 'Ala Ahlisyirki Wal Ilhad
5.      Wahid abdusalm bali, 474 kesalahan umum dalam akidah dan ibadah beserta koreksinya
6.      Web http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=1436 

No comments:

Post a Comment