Friday, 10 January 2014

RENUNGAN "Tekun bukan berarti Lamban"


Tekun bukan berarti lamban

Pada suatu petang selepas sholat isya di sebuah mushalla, saya ditanya oleh sang imam yang seorang guru besar universitas tertua di indonesia. Beliau bertanya: "kapan jadi melanjutkan kuliah S2?". Nanti kalau sudah mapan." "Mapan? Memangnya kemapanan itu?" Beliau balik bertanya. "Kalau uang saya sudah cukup, usaha saya juga stabil , dan ekonomi keluarga saya sudah tidak bermasalah. "Jawabku dan masih tetap percaya diri.
   Beliau kemudian berkata: "kemapanan sebenarnya bisa terjadi kapanpun kau mau. Sebab "mapan" artinya fokus dan sungguh-sungguh. Bila sekarang kamu sedang merintis usaha sembari membangun rumah tangga, maka yang sedang kamu hadapi saat itu. Ketika kamu sedang menawarkan barang kepada pelanggan maka fokuslah, bersungguh-sungguhlah, dan berupayalah sekuat tenaga agar pelanggan puas dan mendapatkan apa yang diinginkan"

"Bila sejurus kemudian kamu harus berpindah dari lingkungan kerjamu pada ruang keluargamu, maka fokuslah dan jadilah suami terbaik. Bila kamu mampu melakukannya, maka artinya kamu telah mapan. Jika kamu mengartikan "mapan" sebagai duduk manis dan segala persoalan akan hilang dengan sendirinya dan sesuatu akan terjadi seperti yang kamu inginkan, itu artinya kamu mengharapkan matahari tidak terbit lagi."
   
    " Maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap." {QS. Ai-Insyirahh 7-8}
                                   ***
Rasul bersabda:
     "Sesungguhnya tuhanmu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, dirimu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, keluargamu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, maka tamumu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, maka berikanlah hak itu kepada setiap yang memilikinya." {Shahih bukhari, no:1832}

    Al-Ma'mun juga bekata: "segeralah melakukan amal kebajikan, sebab perputaran dunia sangat cepat, masa pun bergulir terlalu kencang dan selalu mudah baginya untuk sekedar meninggalkan satu orang sendiri dalm satu kondisi."

    Tekun bukan berarti lamban. Tekun adalah mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tidak cepat menyerah. Dalam masa menekuni ssesuatu kita akan terus belajar dan menentukan berbagai persoalan yang akan membuat kita semakin dewasa. Orang yang gagal sebenarnya bukan orang yang tidak berhasil. Mereka hanyalah orang-orang yang berhenti sebelum berhasil, padahal bisa terus belajar dan menjadikan proses sebagai seni kehidupan, tentu keberhasilan akan menghampiri. Bukankah belakang parang sekalipun kalau  diasah akan tajam juga?.

     Tekun juga tidak berarti ngoyo dan tamak dengan memperturutkan nafsu untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Kebutuhan fisik manusia sebenarnya tak lebih dari mengisi sejengkal perut, tetapi ketamakan seseorang bisa membangun ratusan gunung makanan. Sementara orang lain tak mendapatkan meskipun sesuap. ketamakan manusia bukan saja menghancurkan orang yang bersangkutan, tetapi dunia pun bisa hacur karenanya. Kehancuran diri timbul sebagai akibat adanya tekanan untuk mendapatkan segala yang diinginkannya. Sedangkan kehancuran dunia terjadi karena untuk memenuhi keinginannya itu, orang tamak akan melakukan apa saja dan dengan cara bagaimanapun, meski harus melanggar aturan allah.

     Bila kita peduli terhadap segala hal mengenai diri kita sendiri, maka kita harus menerima tangung jawab sepenuhnya terhadap diri kita sendiri. Kita mesti belajar menjaga setiap hal yang akan menjerumuskan sikap kita ke jalan yang salah. Dan harus memperkuat perasaan yang akan mengarahkan kita dengan pasti ke masa depan kita yang lebih baik.


MERENUNG SEJENAK...!
Amatilah pikiranmu, karena akan menjadi ucapanmu.
Amatilah ucapanmu, karena akan menjadi kebiasaan-kebiasaanmu.
Amatilah tindakanmu, karena akan menjadi karaktermu.
Amatilah karaktermu, karena akan menjadi nasibmu.
Di atas itu semua...
Amatilah dirimu! Karena hanya orang yang mengenal dirinya yang akan mencapai ketenangan diri yang sesungguhnya.
Hidup ini sering kali menipu dan meninabobokan.
Sadarlah akan tiga hal, yaitu
1. Siapa diri kita?
2. Dari mana kita berasal? Dan
3. Kemana kita akan pergi?




Ketika semua pintu telah terkunci...
Pintu-Nya tetap terbuka.
Ketika setiap jalan terlihat buntu...
Jalan-Nya selalu terbentang.

Ketika semua tangan telah terkekang..
Tangan-Nya snantiasa terulur.
Ketika semua cinta telah sirna...
Cinta-Nya tetap tercurah.

Ketika tak seorangpun mampu menolong...
Hanya pertolongan-Nya yang kita harapkan.

Ibarat tangan, buku ini akan menggandeng Anda untuk bergerak bersama menjemput pertolongan allah. Agar segala persoalan hidup kita

No comments:

Post a Comment