Tekun bukan berarti lamban
Pada suatu petang selepas sholat isya di sebuah mushalla,
saya ditanya oleh sang imam yang seorang guru besar universitas tertua di
indonesia. Beliau bertanya: "kapan jadi melanjutkan kuliah S2?".
Nanti kalau sudah mapan." "Mapan? Memangnya kemapanan itu?"
Beliau balik bertanya. "Kalau uang saya sudah cukup, usaha saya juga
stabil , dan ekonomi keluarga saya sudah tidak bermasalah. "Jawabku dan
masih tetap percaya diri.
Beliau kemudian
berkata: "kemapanan sebenarnya bisa terjadi kapanpun kau mau. Sebab "mapan"
artinya fokus dan sungguh-sungguh. Bila sekarang kamu sedang merintis usaha
sembari membangun rumah tangga, maka yang sedang kamu hadapi saat itu. Ketika
kamu sedang menawarkan barang kepada pelanggan maka fokuslah,
bersungguh-sungguhlah, dan berupayalah sekuat tenaga agar pelanggan puas dan
mendapatkan apa yang diinginkan"
"Bila sejurus kemudian kamu harus berpindah dari
lingkungan kerjamu pada ruang keluargamu, maka fokuslah dan jadilah suami
terbaik. Bila kamu mampu melakukannya, maka artinya kamu telah mapan. Jika kamu
mengartikan "mapan" sebagai duduk manis dan segala persoalan akan
hilang dengan sendirinya dan sesuatu akan terjadi seperti yang kamu inginkan,
itu artinya kamu mengharapkan matahari tidak terbit lagi."
" Maka
apabila kamu telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada tuhanmu-lah hendaknya kamu
berharap." {QS. Ai-Insyirahh 7-8}
***
Rasul bersabda:
"Sesungguhnya tuhanmu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, dirimu
memiliki hak yang harus kamu tunaikan, keluargamu memiliki hak yang harus kamu
tunaikan, maka tamumu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, maka berikanlah
hak itu kepada setiap yang memilikinya." {Shahih bukhari, no:1832}
Al-Ma'mun juga
bekata: "segeralah melakukan amal kebajikan, sebab perputaran dunia sangat
cepat, masa pun bergulir terlalu kencang dan selalu mudah baginya untuk sekedar
meninggalkan satu orang sendiri dalm satu kondisi."
Tekun bukan berarti
lamban. Tekun adalah mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tidak cepat
menyerah. Dalam masa menekuni ssesuatu kita akan terus belajar dan menentukan
berbagai persoalan yang akan membuat kita semakin dewasa. Orang yang gagal
sebenarnya bukan orang yang tidak berhasil. Mereka hanyalah orang-orang yang
berhenti sebelum berhasil, padahal bisa terus belajar dan menjadikan proses
sebagai seni kehidupan, tentu keberhasilan akan menghampiri. Bukankah belakang
parang sekalipun kalau diasah akan tajam
juga?.
Tekun juga tidak
berarti ngoyo dan tamak dengan memperturutkan nafsu untuk mengumpulkan harta
sebanyak-banyaknya. Kebutuhan fisik manusia sebenarnya tak lebih dari mengisi
sejengkal perut, tetapi ketamakan seseorang bisa membangun ratusan gunung
makanan. Sementara orang lain tak mendapatkan meskipun sesuap. ketamakan
manusia bukan saja menghancurkan orang yang bersangkutan, tetapi dunia pun bisa
hacur karenanya. Kehancuran diri timbul sebagai akibat adanya tekanan untuk
mendapatkan segala yang diinginkannya. Sedangkan kehancuran dunia terjadi
karena untuk memenuhi keinginannya itu, orang tamak akan melakukan apa saja dan
dengan cara bagaimanapun, meski harus melanggar aturan allah.
Bila kita peduli
terhadap segala hal mengenai diri kita sendiri, maka kita harus menerima
tangung jawab sepenuhnya terhadap diri kita sendiri. Kita mesti belajar menjaga
setiap hal yang akan menjerumuskan sikap kita ke jalan yang salah. Dan harus
memperkuat perasaan yang akan mengarahkan kita dengan pasti ke masa depan kita
yang lebih baik.
MERENUNG SEJENAK...!
Amatilah pikiranmu, karena akan menjadi ucapanmu.
Amatilah ucapanmu, karena akan menjadi
kebiasaan-kebiasaanmu.
Amatilah tindakanmu, karena akan menjadi karaktermu.
Amatilah karaktermu, karena akan menjadi nasibmu.
Di atas itu semua...
Amatilah dirimu! Karena hanya orang yang mengenal dirinya
yang akan mencapai ketenangan diri yang sesungguhnya.
Hidup ini sering kali menipu dan meninabobokan.
Sadarlah akan tiga hal, yaitu
1. Siapa diri kita?
2. Dari mana kita berasal? Dan
3. Kemana kita akan pergi?
Ketika semua pintu telah terkunci...
Pintu-Nya tetap terbuka.
Ketika setiap jalan terlihat buntu...
Jalan-Nya selalu terbentang.
Ketika semua tangan telah terkekang..
Tangan-Nya snantiasa terulur.
Ketika semua cinta telah sirna...
Cinta-Nya tetap tercurah.
Ketika tak seorangpun mampu menolong...
Hanya pertolongan-Nya yang kita harapkan.
No comments:
Post a Comment